Minggu, 14 Oktober 2018

Kementan Dorong Peningkatan Ekspor Tanaman Lidah Mertua

Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan budidaya tanaman hias tipe bambu suji dan lidah mertua. Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi, kedua tanaman hal yang demikian mempunyai permintaan ekspor yang tinggi.


"Komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi atau ekspor benar-benar banyak. Sesuai arahan Menteri Pertanian untuk meraup dolar dari sektor pertanian, kami lirik pengembangan budidaya tanaman hias, bunga bambu suji dan lidah mertua yang permintaan ekspornya benar-benar tinggi," kata Suwandi dalam keterangan tertulis, Jumat (12/10/2018).

Ketika mengunjungi budidaya dan industri tanaman hias CV. Asia Prima di Desa Sukajaya, Kecamatan Salabintana, Sukabumi, Suwandi mengatakan pihaknya mendorong pengembangan budidaya lidah mertua dan bambu suji melewati pola kemitraan.

Ia menerangkan, petani binaan akan diperluas dan kelembagaan petani diperkuat. Sehingga budidaya tanaman hias hal yang demikian menjadi berskala korporasi. Selain itu, petani padi dan sayuran pun bisa menerima tambahan pendapatan.

"Ke depan, Kementan akan mendorong pengembangan budidaya bambu suji dan lidah mertua melewati pola kemitraan. Kesempatan budidayanya besar dan dijalankan petani. Jadi kita bina petaninya dan petani binaan diperluas," jelasnya.

Ia mengatakan hal ini bisa dijadikan pendapatan sampingan bagi petani yang mata pencaharian utamanya menanam padi atau sayuran. 

"Peluangnya usahanya benar-benar besar, budidayanya bisa gunakan pelataran rumah," imbuhnya.

Di lain pihak, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Sukabumi, Deden, menuturkan pemerintah tempat mendorong penuh upaya Kementan dalam memperluas budidaya tanaman hias. 

"Kami siap bekerja sama dengan pihak pengembang, baik tanaman bambu suji maupun lidah mertua. Pembinaan petani untuk terjun ke budidaya tanaman ini kita akan perbanyak lagi, sehingga bahan baku untuk industri bisa dipenuhi," ujarnya.

Sementara eksportir tanaman hias sekaligus pemilik CV. Asia Prima, Tarempa Patuo, mengatakan pihaknya memulai ekspor bambu suji (dracina sanderiana) semenjak 1997. Selain bambu suji, dia juga mengekspor lidah mertua (Sansevieria Trifasciata). 

Ia mengatakan budidaya kedua tipe tanaman hias ini dijalankan oleh petani, sehingga membangun pola kemitraan dengan ratusan petani. Bambu suji dirangkai dalam bermacam-macam wujud, seperti pagoda, guci dan nanas. Harga per rangkai bervariasi yaitu Rp 15 ribu hingga Rp 150 ribu.

"Bambu suji kami ekspor ke Korea, Singapura, Malaysia dan Australia, pun Amerika. Dari tahun ke tahun trennya terus meningkat. Apabila lidah mertua diekspor ke Korea dan Singapura," sebutnya.

Menurutnya, tingginya permintaan ekspor bambu suji sebab pemanfaatannya yang sekarang berbeda. Dahulu, sambung dia, keperluannya secara musiman yaitu untuk tahun baru Korea. Sementara sekarang bergeser sebagai tanaman hias untuk dekorasi di dalam rumah sehingga permintaannya tinggi. 

"Permintaan dari Belanda pun belum bisa dipenuhi. Ini bisnis di sektor pertanian yang benar-benar menguntungkan dan nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Tarempa.

Lebih lanjut diceritakan Tarempa, ekspor bambu suji rata-rata 2 kontainer per pekan, nilainya Rp 600 juta, sehingga per tahunnya mencapai Rp 32 miliar. Sementara lidah mertua diekspor dua kali per bulan, dengan skor ekspor Rp 3 miliar per tahun.

"Coba bila seratus perusahaan tanaman hias seperti ini, kita bisa penuhi permintaan ke banyak negara. Volume ekspor naik, pertumbuhan ekonomi kita makin membaik, negara kita semakin hebat di mata negara-negara lain," sebutnya.

"Karena itu, kami apresiasi sekali upaya pemerintah yang berkeinginan mendorong budidaya tanaman hias ini. Kami juga berterima beri atas pelayanan Kementan yang memudahkan izin ekspor ini. Apabila dahulu butuh yang lama, sekarang dengan cara online menjadi cepat dan tidak dipungut bayaran. Kami yakin, bila usaha ini semakin luas, perekonomian masyarakat pedesaan semakin maju," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar