Genggaman jari jemari Indra Sumedi nampak erat memegang mesin penghalus rangka berbahan almunium. Lelaki berusia 44 tahun ini sedang merakit kaki kanan palsu pesanan seorang warga Cianjur, Jawa Barat, yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Siang panas terik, Sabtu, 22 September 2018, Indra dan sejumlah rekannya sesama disabilitas, berkumpul di halaman kontrakan simpel satu lantai bercat krem sekalian bengkel produksi, Jalan Kawaluyaan Baru 1, RT 6 RW 13, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat. Saban hari, mereka tergabung Klasifikasi Kreativitas Difabel (KKD) Bandung, memproduksi tiruan kaki-tangan.
\\\"Kami juga terima servis kaki dan tangan palsu,\\\" kata Indra berkaus coklat lengan pendek sambil ngesot mencari alat meteran dan palu.
Buntung sepasang kaki gegara terlindas kereta api tidak menghasilkan Indra kecil hati. Motivasi baja menggelora di benaknya dalam menekuni wirausaha bidang protese.
\\\"Harus kreatif dan mengulik, biar bisnis tetap jalan,\\\" kata Indra yang sekujur tubuhnya dihiasi tato.
Jejak suram memberi nasehat Indra berjuang hidup mandiri dan melawan hina. Matanya menerawang mengingat insiden berdarah yang nyaris merenggut nyawanya. Suatu malam, pada 1998, Indra muda yang dikenal jahil, bersama barisan kelompoknya berseteru sengit dengan sekumpulan pemuda di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
\\\"Kejadiannya tepat lagi zaman reformasi. Aku berantem, lalu salah lari ke arah rel di tempat Cibatu Garut,\\\" katanya.
Berniat menghindari kejaran kubu musuh, kaki kiri Indra tersangkut di sela-sela lintasan rel. Dia panik bukan kepalang. Selagi terjebak dan berupaya meloloskan diri, kereta api jurusan Surabaya-Jakarta melesat menghampiri.
\\\"Bruukk...!!\\\" ucap Indra ketika kereta menyambarnya.
\\\"Ada kereta ekspres jurusan Surabaya-Jakarta. Kereta patas membawa dua belas gerbong itu melindas kaki kiri. Kaki kanan ikut tergilas,\\\" tuturnya menambahkan.
Warga setempat menolong dan memboyong Indra ke rumah sakit di Garut sampai alhasil dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. Lantaran infeksi menjalar ke bagian paha Indra, dokter sepatutnya mengamputasi.
\\\"Waktu bangun (tersadar berakhir dibius), aku kaget. Kemana kaki aku?\\\" kata Indra mengenang.
Empat tahun lamanya batin Indra bergejolak. Dia mengurung diri di rumah dan minder bersosialisasi. \\\"Malu dan frustasi karena aku cacat,\\\" sebutnya.
Benaknya bangkit kala petuah meluncur dari mulut sang ibu. Dia berproses menumbuhkan kepercayaan diri dan mau berbaur di lingkungan warga. Malah, Indra sempat berkerja menyuplai makanan ringan ke pasar dan jualan kerajinan tangan. Aktivitasnya ditopang kursi roda.
Dia berujar, \\\"Kerja apa malahan asalkan halal. Aku enggak mau menjadi peminta-minta.\\\"
Waktu terus bergulir. Indra malahan bercita-cita mempunyai sepasang kaki palsu. Dia cari informasi sana-sini soal harga. \\\"Terbukti mahal, harganya Rp 24 juta. Buatan impor,\\\" katanya.
Sejak itu Indra berangan-angan memproduksi alat tolong berwujud kaki palsu yang harganya terjangkau. Dia dan sebagian rekan disabilitas lainnya, yang rutin berkumpul di GOR Pajajaran Bandung, berjanji merintis bisnis duplikat kaki-tangan.
Pada 2009, KKD Bandung menapaki level uji coba meracik kaki-tangan tiruan berbahan pipa pvc. \\\"Setahun kemudian (2010), kami legal memproduksinya,\\\" ucap Indra.
Cerita Sepasang Ayam dan Sekarung Kentang
Ketua Klasifikasi Kreativitas Difabel (KKD) Bandung Anwar Permana alias Ozzu (42) menyebut perajin replika kaki-tangan yang bernaung dengannya berjumlah 12 orang. Mayoritas para perajin tersebut difabel.
\\\"Boleh dibilang pertama di Indonesia ada pembuat kaki dan tangan palsu yang pekerjanya difabel. Kami belajarnya secara autodidak ,\\\" kata Ozzu.
Sejak awal berdiri, berdasarkan ia, usaha tersebut dedikasikan untuk menghimpun orang-orang berketerbatasan jasmani. Ozzu mau menggambarkan bahwa kalangan disabilitas cakap produktif bekerja.
\\\"Selain itu, tujuan kami menolong sesama difabel yang tidak bisa beli tangan dan kaki palsu karena mahal,\\\" ujarnya.
Kendati dibanderol murah, Ozzu menegaskan, protese karya KKD tetap mengedepankan mutu dan kenyamanan. \\\"Bisnis semacam ini biasanya dijadikan para dokter dan pabrikan. Namun produk kami berani berkompetisi berkat hasil karya tangan-tangan mahir difabel,\\\" tuturnya.
Dia dan kawan-kawan berpedoman menggeluti bisnis bukan melulu mengejar pundi-pundi rupiah. Dia menyebut tidak sekadar meraup untung dari orang-orang bertubuh buntung.
KKD mengimbangi urusan komersial dan aksi sosial. Buktinya banyak orang yang terbantu berkat absensi kaki-tangan buatan KKD. Selama usaha tersebut berdiri telah 300-an unit yang disalurkan cuma-cuma.
\\\"Kami terapkan program subsidi silang. Jadi apabila ada tiga produk yang terjual, disiapkan satu produk cuma-cuma untuk orang yang memiliki hak menerima,\\\" Ozzu menyatakan.
Tentunya Ozzu selektif menyeleksi penerima gratisan kaki-tangan palsu. Dia mengantongi catatan daftar penyandang disabilitas yang telah mengajukan diri. \\\"Persyaratannya berupa foto semua badan, SKTM, salinan KTP dan KK. Nantinya kami survei seketika kondisi orangnya,\\\" ucap Ozzu.
Aneka cerita mengharukan sepanjang mengerjakan usaha ini diungkapkan Galih Jono alias Jhon (45). Petugas KKD tersebut pernah kedatangan seorang ibu yang si kecilnya difabel. Salah satu kakinya berukuran pendek sejak lahir.
\\\"Sesudah orderannya jadi, orang tua si anak itu menangis ketika berjumpa aku. Karena enggak punya uang, ia bayarnya pakai dua ekor atau sejodoh ayam kampung,\\\" kata Jhon.
Pria berambut cepak ini sering menghadapi orang tidak cakap yang menyambangi bengkel KKD. \\\"Pernah juga ada yang membayar dengan sekarung kentang,\\\" ujar Jhon mengenang.
Tidak Tertinggal di Era Digital
Indra menonjolkan telepon seluler layar sentuh berbasis android. Di layarnya muncul tipe foto-foto produk kaki-tangan palsu yang ia unggah melalui Instagram.
\\\"Alhamdulillah, ada saja yang tanggapan untuk pemesanan,\\\" kata Indra.
Di era digital, KKD ogah ketinggalan memasarkan jualannya. Pekerja KKD sengaja membuka warung daring guna memperluas jaringan dan menjangkau konsumen dari seantero nusantara.
\\\"Sekiranya ada yang pesan, nanti penilaiannya didampingi melalui WhatsApp. Kan bisa video call,\\\" ucap Indra.
Ozzu mengamini pernyataan Indra. Menurut Ozzu, kecuali memanfaatkan sejumlah akun media sosial (sosial media), KKD memasarkan produknya melalui salah satu website jual-beli online. Sejumlah difabel di pelbagai tempat di Indonesia ikut gabung sebagai agen.
\\\"Pengordernya bukan cuma Bandung atau tempat di Jawa Barat saja. Ada dari Lampung, Aceh, Pelembang, Kelimantan, Gorontalo dan wilayah lainnya,\\\" tuturnya.
Ozzu membeberkan bahan baku kaki made in KKD mengandalkan almunium, spon dan semi kulit. Bahan telapak ada tiga tipe terdiri kayu spon, karet lokal dan karet rubber spon. Pengorderan tipe dan bahan tersebut, ia menambahkan, disesuikan kemauan konsumen.
\\\"Untuk tangan palsu, bahan yang diaplikasikannya simpel yakni spon dan semi kulit. Selain itu, ada juga bahan silikon rubber,\\\" kata Ozzu.
KKD mematok biaya mulai Rp 500 ribu sampai Rp 6 juta per kaki. Sedangkan tangan kisaran Rp 500 ribu sampai Rp 10 juta.
\\\"Tiap-tiap bulannya, kami memproduksi empat sampai lima unit. Pelaksanaannya paling lama seminggu per unit, ya paling pesat empat hari selesai,\\\" katanya.
Bisnis protese lokalan ini konsumennya spesifik. \\\"Mayoritas pembelinya yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Selain itu, orang mengidap diabetes yang tangan atau kakinya diamputasi,\\\" Ozzu menyatakan.
Menurut ia, pesanan berjumlah banyak sering dilakukan KKD dari instansi pemerintah dan perusahaan swasta. Biasanya, kata ia, pesanan massal diproduksi untuk acara sosial pembagian kaki-tangan palsu.
\\\"Sekali pesan, ya menempuh puluhan unit,\\\" ucap Ozzu.
KKD memanfaatkan jasa kurir untuk mengirimkan produk pesanan konsumen yang bertempat tinggal di luar Kota Bandung. Absensi layananan kurir ini telah memudahkan KKD menjangkau peminat kaki-tangan palsu di Indonesia.
\\\"Secara lazim, kami amat terbantu dengan perusahaan ekspedisi. Sekiranya enggak ada mereka, kami pasti keder,\\\" kata Galih Jono alias Jhon, bendahara KKD Bandung.
KKD memercayakan sebagian layanan ekspedisi. Salah satunya perusahaan Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). \\\"Kami sering pakai JNE untuk kirim pesanan konsumen,\\\" sebutnya.
Menurut Jhon, banyak permintaan seketika dari pemesan yang tinggal di luar Kota Bandung agar barang diantarkan melalui JNE. Konsumen KKD mempunyai kepercayaan tinggi terhadap JNE yang telah meraih penghargaan bergengsi Brand Asia 2018 untuk klasifikasi Silver Champion Transportation & Logistic, dan Top 10 Strongest Brand in Indonesia.
\\\"Konsumen atau pemesan maunya pakai JNE. Ya kami kan menyesuaikan permintaan konsumen. Mereka menyebut layanan JNE itu pesat terkirimnya ke domisili tujuan,\\\" ujar Jhon.
Bengkel KKD tidak menetap permanen. Sudah enam kali para perajin kaki-tangan palsu ini bermigrasi-pindah markas. Namun ambisi kuat telah membikin KKD tetap eksis, kompak dan menginspirasi.
\\\"Prinsip kami saling tolong,\\\" kata Jhon menegaskan.
Dampak positif perkembangan UKM di Bandung dirasakan JNE. Secara tetap tiap-tiap tahunnya, JNE mengklaim, tercatat peningkatan kiriman 20 sampai 30 persen.
\\\"Khusus kiriman di bidang fesyen. Lebih dari 50 persen kiriman dari Bandung didominasi tipe kiriman baju, kerudung, sepatu dan lainnya,\\\" kata Branch Manager JNE Bandung Iyus Rustandi melalui pesan singkat.
Selain itu, JNE gencar dalam pelbagai program pengembangan UKM. \\\"JNE Bandung secara aktif menggelar seminar pengembangan UKM di Bandung sampai bantuan pendanaan bagi UKM. Menurut menghadirkan pelbagai program menarik lainnya bagi pelanggan,\\\" kata Iyus.
Menurut Iyus, ketika ini lebih dari 200 sales counter atau titik layanan tersebar di Bandung untuk melayani pelanggan setia. Jumlah tersebut, sambung ia, bakal terus bertambah mengingat tumbuh suburnya e-commerce di Tanah Air.